Kamis, 16 Mei 2013

MJIB - 8. Profil Perkampungan Muslim di Kusamba Klungkung Bali


Penulis : Achmad Suchaimi


 
Pantai Nelayan Kusamba
Ada beberapa kampung Islam di Bali. Di antaranya kampung Kusamba di Klungkung. Di sini pula tersimpan al-Qur’an kuno kembar tiga.
Di antara obyek wisata yang cukup dikenal di Bali adalah pantai Kusamba yang terletak di Kabupaten Klungkung.  Dari Denpasar butuh waktu tempuh sekitar 1,5 jam sampai ke Kusamba.
Selain dikenal sebagai pantai nelayan, Kusamba juga menjadi pusat pembuatan garam secara tradisional yang terbesar di pulau wisata ini. Setiap hari dapat disaksikan para nelayan sedang melaut mencari ikan, maupun petani garam yang sedang membuat garam di pinggir pantai. Sampan nelayan yang berderet di pinggir pantai di bawah pohon nyiur, dan pondok-pondok pembuatan garam yang berjajar di sepanjang pantai, menimbulkan pemandangan yang benar-benar menarik.
Kampung Kusamba dikenal sebagai salah satu kampung Muslim di Kabupaten Klungkung.  Kusamba dikenal sebagai kampung pertama Islam di kabupaten tersebut. Di tempat ini terdapat makam seorang ulama penyebar Islam di Bali bernama Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Hamid. Habib Ali inilah yang pertama menyebarkan Islam di kerajaan Klungkung. Makamnya berada di Kampung Islam Kusumba. 
 
Makam Habib Ali Abu bakar Al-Hamid

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat kampung Islam ini melakukan aktivitas rutin dengan lancar tanpa ada gangguan dan intimidasi dari pihak mana pun. Banyak ibu-ibu dan remaja putri yang memakai jilbab. Sedang laki-lakinya bersongkok. Ini menjadi simbol bahwa perkampungan tersebut merupakan perkampungan Muslim. Simbol ini sangat penting di Bali untuk membedakan mana masyarakat yang beragama Islam dan mana yang bukan.
Hubungan masyarakat kampung yang mayoritas keturunan suku Banjar dan Bugis ini dengan kampung lainnya yang beragama Hindu sangat baik. Masyarakat Hindu cukup toleran terhadap warga Muslim. Mereka memberi kebebasan kepada warga Muslim untuk menjalankan ritual keagamaan yang diyakininya. Terbukti di kampung ini terdapat masjid yang cukup besar, bernama Masjid Al-Huda, dan sekolah Islam.

Masjid Tua Nurul Huda Gelgel Klungkung
  Yang menarik, ternyata masyarakat Klungkung mengakui bahwa hubungan masyarakat Muslim di kampung tersebut dengan pihak kerajaan sangat baik. Dalam kaitannya dengan pemerintahan setempat, umat Muslim yang jumlahnya relatif sedikit itu sudah dilibatkan dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut hajat orang banyak. Dalam pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintahan misalnya, umat Islam dengan segala aturan syari’atnya diperlakukan sebagaimana mestinya.
 Walaupun umat Islam tergolong minoritas di Kampung Kusamba, bukan berarti selalu dipandang miring oleh umat Hindu. Umat Islam di mata umat Hindu dan umat agama lain dikenal sebagai umat yang jujur dan teguh memegang janji. Anggapan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Misalnya, dalam hal perjanjian untuk tidak saling mengganggu atau menyakiti antar umat yang berbeda keyakinan, umat Islam merupakan kelompok yang belum pernah mengingkari janji.
Umat Hindu Klungkung memandang positif terhadap kaum Muslimin dan melihatnya sebagai masyarakat yang memiliki tata aturan lengkap dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Muslim pun juga menunjukkan respon positif terhadap aktivitas keseharian umat Hindu Bali, sehingga  kedua umat ini dapat hidup berdampingan secara damai. Masing-masing memberikan kebebasan untuk beraktivitas sesuai dengan keyakinannya.
Seni Rudat Pemuda Muslim Kusamba
Buktinya, setiap ada Perayaan Nyepi yang kebetulan bersamaan dengan shalat Jumat, keduanya bisa berjalan beriringan. Umat Hindu melaksanakan catur berata, yakni mati karya, mati lelangunan, mati geni, dan mati lelungan, sementara umat Islam menunaikan shalat Jumat di masjid. Warga Hindu memaklumi umat Islam keluar rumah untuk shalat Jumat, sedangkan kaum Muslimin pun tidak menggunakan pengeras suara ke luar ketika khutbah jum’at berlangsung, agar tidak mengganggu umat Hindu yang sedang merayakan hari Nyepinya. 
 Bahkan, di kalangan umat Islam sendiri ada yang memakai nama Wayan, Ketut, Nengah dan berbahasa Bali halus. Menurut Kepala Desa Kusamba, Hambali, masyarakatnya yang terdiri dari masyarakat beragama Islam dan Hindu hidup rukun sejak berabad-abad yang lalu.
Al-Qur’an Kembar Tiga. Kampung Islam Kusamba dikenal sebagai kampung Islam yang menyimpan banyak sejarah Islam di Bali. Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa Desa Kusamba memiliki ikatan sejarah yang sangat besar atas perkembangan Islam di Tanah Dewata. Hal ini terbukti dengan ditemukanya makam Habib Ali Bin Abubakar Bin Umar Bin Abubakar Al Hamid di pesisir laut Kusamba dan ditemukannya benda bersejarah berupa Mushhaf al-Qur’an yang diakui berusia hampir 400 tahun. Al-Qur’an tertua ini ditulis tangan oleh ulama besar asal Bugis. 
 Konon, al-Qur’an yang ditemukan di Kusamba merupakan salah satu mushhaf al-Qur’an kembar tiga. Karena Mush-haf  al-Qur’an tertua yang ada di pulai Bali ternyata ditulis dan dibuat sebanyak 3 buah dalam kurun waktu yang berbeda oleh ulama yang sama. Sayangnya, siapa pembuat ketiga al-Qur’an kembar tersebut, sampai saat ini belum diketahui. Namun upaya menemukan jawabannya terus diupayakan.
Kini, salah satu dari ketiga al-Qur’an kembar tertua di Bali itu masih tersimpan baik di Kantor Kepala Desa Kusamba, dalam kondisi fisiknya memprihatinkan: rapuh, berdebu dan terkoyak. 

Kondisi kehidupan di kampung Islam Kusamba di atas hanya contoh kecil, bagaimana dulu dan kini, masyarakat Hindu dan Muslim bisa hidup berdampingan di Pulau Bali. Keturunan mereka yang menghuni kampung ini hidup dengan damai, dan tetap menjaga nilai-nilai tradisi keislaman mereka secara utuh.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar