Sabtu, 18 Mei 2013

MJIB - 11. Profil Kampung Muslim Pegayaman Bali (1)


__________________________
 Oleh : Achmad Suchaimi

Pawai dalam rangka Nyama Selam di Pegayaman
Profil kehidupan masyarakat Islam di desa Pegayaman barangkali merupakan contoh yang pas dalam menggambarkan terjadinya akulturasi tradisi-budaya Islam dan Hindu di Pulau Bali.

ALUNAN nyanyian sekelompok lelaki terdengar seperti tembang kidung Wargasari, sebuah lagu pujaan yang biasa dilantunkan oleh umat Hindu. Namun syairnya dalam bahasa Arab, bukan bahasa Bali atau Jawa Kuno. Musik pengiringnya juga bukan tetabuh gong atau gamelan Bali, melainkan rebana yang bentuknya mirip dengan kendang Bali.

Seni Burdah Muslim Pegayaman
 Lirik lagunya berisi salawat dan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Inilah kesenian khas Desa Pegayaman, yang disebut burdah. Untuk mengiringi lagu ini, seorang pria menari dengan pakaian adat Bali. Kepalanya diikat udeng dengan memakai kamben mekancut, yakni kain yang melilit pinggang dan ujungnya terjurai dengan ujung meruncing sampai di bawah lutut.
 Penari itu meliak-liukkan badan, dan memainkan mata serta jemarinya, seperti lazimnya dalam tarian Bali. Tapi, dalam gerakannya terbaca kombinasi antara tari Bali dan pencak silat. Inilah tari taman, satu di antara sejumlah tarian khas desa ini. Ada juga tari perkawinan, yang khusus digelar pada upacara pernikahan.
  Lagu dan tarian ini memang sangat Islami, tapi kental dengan nuansa Bali. Sebab, para pelaku-nya memang umat Islam yang bermukim di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Sebagian besar penduduk desa ini muslim. Mereka disebut Nyama Slam atau Saudara Islam oleh warga Hindu Pegayaman dan sekitarnya.

Kondisi Geografis 
 Pegayaman terhampar di lereng Bukit Gigit, satu di antara jajaran perbukitan yang memagari Bali Utara dengan daerah bagian selatan. Jaraknya sekitar 70 km dari Denpasar, di tengah jalur menuju Singaraja. Wilayah seluas 1.584 hektare ini dihuni oleh 999 kepala keluarga  dengan 4.821 jiwa. Hampir seluruh warganya adalah muslim meski berada di Bali yang sangat identik dengan Hindu. Hanya 477 orang penghuni desa ini beragama Hindu.
  Pegayaman dibagi menjadi empat banjar atau dusun: Banjar Dauh Rurung (Barat Jalan), Banjar Dangin Rurung (Timur Jalan), Banjar Kubu dan Banjar Mertasari. Tidak berbeda dengan desa adat di seluruh Bali, setiap banjar dipimpin oleh seorang kelian alias kepala banjar.
Tak sulit mencari lokasi desa ini, meskipun ia berada di lereng bukit dan dikelilingi kebun cengkeh dan kopi. Menjelang jalan masuk ke Pegayaman, dipasang papan penunjuk arah yang cukup mencolok. Jalan raya menuju desa  seluruhnya diaspal mulus. Sedangkan jalan-jalan yang lebih sempit diperkeras dengan semen.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar