Sabtu, 26 Juli 2014

MJIB - 26. MAKAM KERAMAT "WALIPITU" KUSAMBA BALI





Makam Habib Ali bin Abu Bakar Al-Hamid


Makam keramat Kusamba  milik Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al-Hamid, turunan ke-36 dari Rosululloh. Silsilah lengkapnya : Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar bin Salim bin Hamid bin Aqil bin Muthohar bin Umar bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman as-Saqaf bin Ali bin Alwi bin Khalaq Qasam bin Muhammad Shahibil Mirbath bin Ali bin Muhammad Faqih al-Muqaddam bin Abdullah bin Ahmad bin Isa al-Bashari bin Muhammad al-Muhajir bin Muhammad Naqib bin Ali al-Aridlhi bin Ja’far Shadiq bin M. Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husain bin Ali r.a. suami Fatimah az-Zahra’ binti Rasulullah SAW.

LOKASI MAKAM : di dekat pantai yang menghubungkan Klungkung dengan pulau Nusa Penida. Tepatnya di pemakaman tua Kampung  Islam Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung. Di depan makam dibangun patung monumen seorang tokoh muslim berjubah dan bersorban yang sedang menunggang kuda. Makam yang ditunggu oleh juru kunci Ibu Hj. Badar ini sangat dikeramatkan dan dihormati oleh penduduk sekitar, baik umat Islam maupun umat Hindu. Sewaktu cungkup makam ini dibongkar dan dibangun kembali, umat Islam menyediakan bahan-bahan bangunannya, sedangkan umat Hindu menyediakan tenaga dan perencana pembangunan. Patung monumen penunggang kuda di depan makam merupakan karya pematung batu beragama Hindu.
 
Monumen Penunggang Kuda di depan Keramat Kusamba Bali
PROSES PENEMUAN. Setelah menemukan dan menetapkan  Habib Umar bin Maulana Yusuf Al-Maghribi sebagai salah satu Walipitu Bali, KH Toyib Zaen Arifi mendengar hatif dalam riyadhohnya pada tahun 1994 yang menyatakan, bahwa di daerah Klungkung ada satu makam keramat yang letaknya di pekuburan umum di dekat pantai, tidak jauh dari jalan raya menuju ke Goa Lawa Karangasem.

SEJARAH TOKOH. Sewaktu hidupnya, Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid diangkat dan dipercaya oleh kerajaan Klungkung sebagai guru bahasa Melayu bagi Raja Dalem I Dewa Agung Jambe (abad ke-17 M), sekaligus sebagai sekretaris kerajaan dalam urusan perdagangan dengan masyarakat Bugis. Beliau diberi seekor kuda untuk kendaraannya dalam perjalanan pulang-pergi antara desa Kusamba dan istana Klungkung. Selama menjalankan tugasnya, Habib Ali tentu saja memanfaatkannya untuk berdakwah kepada keluarga istana dan orang-orang yang berhubungan dengannya.

Pada suatu hari sewaktu pulang dari Klungkung, Habib Ali berpapasan dengan salah seorang putra keluarga kerajaan bergelar Mangkubumi yang sedang berjalan bersama-sama dengan temannya. Habib Ali yang sedang menunggang kuda ditanya tentang kuda siapa yang dinaiki.  Kemudian dijelaskan oleh Habib Ali, bahwa ia bekerja di kerajaan sebagai guru bahasa Sang Raja dan kuda yang dinaikinya adalah pemberian Sang Raja. Sang putra memaksanya turun dari kudanya untuk sujud menghormat. Jika tidak, maka akan dihukum. Namun Habib Ali tidak menjawabnya dan langsung saja pergi meninggalkan mereka menuju ke rumahnya di Kusamba. 

Keesokan harinya, Habib Ali berangkat kerja ke Istana dan melaporkan kejadian tersebut kepada Sang Raja dan sekaligus mengembalikan kudanya. Akan tetapi Sang Raja menolak dan menyuruhnya agar tetap dipakai untuk perjalanan pulang pergi, karena perjalanan dari Kusamba ke Istana Klungkung cukup jauh. Agar perjalanannya lancar dan tidak terganggu, Raja menyarankan kepadanya supaya melewati jalur lain yang aman.

Sepulangnya dari Istana, Habib Ali melewati pinggir pantai sebelah selatan yang menurutnya aman. Namun tidak disangkanya, ketika sampai di desa Kusamba, Habib Ali dihadang oleh sekelompok orang tidak dikenal bersenjata lengkap dan dibantai sampai wafat. Jenazahnya langsung dikuburkan pada hari itu oleh masyarakat desa di ujung barat kuburan Islam Kusamba. 

KAROMAH Habib Ali. Pada malam hari setelah penguburannya, terjadi peristiwa yang menggemparkan (karomah). Dari makam Habib Ali keluar kobaran api membumbung tinggi ke angkasa terbang ke mana-mana mengejar seluruh pelaku pembantaian, sehingga mereka semuanya tewas terbakar, tak satu pun diantara mereka yang hidup.

Menurut sumber lisan dari beberapa penduduk dan dibenarkan oleh KH Abdul Majid, sesepuh desa Kusamba, bahwa sampai saat ini sering terdengar angin kencang dan suara-suara mengerikan yang datangnya dari arah makam, apabila di sekitar desa Kusamba ada orang-orang yang berbuat onar, hal ini seolah-olah sebagai peringatan dan pengajaran kepada mereka agar kembali ke ajaran Agama.

Berdoa di depan makam Habib Ali Al-Hamid, Kusamba - Bali





Tidak ada komentar:

Posting Komentar