![]() |
Makam Habib Ali bin Abu Bakar Al-Hamid |
Makam keramat
Kusamba milik Habib Ali bin Abu Bakar
bin Umar bin Abu Bakar Al-Hamid, turunan ke-36 dari Rosululloh. Silsilah
lengkapnya : Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar bin Salim bin Hamid
bin Aqil bin Muthohar bin Umar bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin
Abdurrahman as-Saqaf bin Ali bin Alwi bin Khalaq Qasam bin Muhammad Shahibil
Mirbath bin Ali bin Muhammad Faqih al-Muqaddam bin Abdullah bin Ahmad bin Isa
al-Bashari bin Muhammad al-Muhajir bin Muhammad Naqib bin Ali al-Aridlhi bin
Ja’far Shadiq bin M. Bakir bin Ali Zaenal Abidin bin Husain bin Ali r.a. suami Fatimah
az-Zahra’ binti Rasulullah SAW.
LOKASI MAKAM : di dekat pantai yang menghubungkan Klungkung dengan pulau
Nusa Penida. Tepatnya di pemakaman tua Kampung
Islam Kusamba, kecamatan Dawan, kabupaten Klungkung. Di depan makam
dibangun patung monumen seorang tokoh muslim berjubah dan bersorban yang sedang
menunggang kuda. Makam yang ditunggu oleh juru kunci Ibu Hj. Badar ini sangat
dikeramatkan dan dihormati oleh penduduk sekitar, baik umat Islam maupun umat
Hindu. Sewaktu cungkup makam ini dibongkar dan dibangun kembali, umat Islam
menyediakan bahan-bahan bangunannya, sedangkan umat Hindu menyediakan tenaga
dan perencana pembangunan. Patung monumen penunggang kuda di depan makam
merupakan karya pematung batu beragama Hindu.
PROSES PENEMUAN. Setelah menemukan dan menetapkan Habib Umar bin Maulana Yusuf Al-Maghribi
sebagai salah satu Walipitu Bali, KH Toyib Zaen Arifi mendengar hatif dalam riyadhohnya
pada tahun 1994 yang menyatakan, bahwa di daerah Klungkung ada satu makam
keramat yang letaknya di pekuburan umum di dekat pantai, tidak jauh dari jalan
raya menuju ke Goa Lawa Karangasem.
SEJARAH TOKOH. Sewaktu hidupnya, Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid diangkat
dan dipercaya oleh kerajaan Klungkung sebagai guru bahasa Melayu bagi Raja Dalem
I Dewa Agung Jambe (abad ke-17 M), sekaligus sebagai sekretaris kerajaan
dalam urusan perdagangan dengan masyarakat Bugis. Beliau diberi seekor kuda
untuk kendaraannya dalam perjalanan pulang-pergi antara desa Kusamba dan istana
Klungkung. Selama menjalankan tugasnya, Habib Ali tentu saja memanfaatkannya
untuk berdakwah kepada keluarga istana dan orang-orang yang berhubungan
dengannya.
Pada suatu hari
sewaktu pulang dari Klungkung, Habib Ali berpapasan dengan salah seorang putra
keluarga kerajaan bergelar Mangkubumi yang sedang berjalan bersama-sama dengan
temannya. Habib Ali yang sedang menunggang kuda ditanya tentang kuda siapa yang
dinaiki. Kemudian dijelaskan oleh Habib
Ali, bahwa ia bekerja di kerajaan sebagai guru bahasa Sang Raja dan kuda yang
dinaikinya adalah pemberian Sang Raja. Sang putra memaksanya turun dari kudanya
untuk sujud menghormat. Jika tidak, maka akan dihukum. Namun Habib Ali tidak
menjawabnya dan langsung saja pergi meninggalkan mereka menuju ke rumahnya di
Kusamba.
Keesokan harinya,
Habib Ali berangkat kerja ke Istana dan melaporkan kejadian tersebut kepada
Sang Raja dan sekaligus mengembalikan kudanya. Akan tetapi Sang Raja menolak
dan menyuruhnya agar tetap dipakai untuk perjalanan pulang pergi, karena
perjalanan dari Kusamba ke Istana Klungkung cukup jauh. Agar perjalanannya
lancar dan tidak terganggu, Raja menyarankan kepadanya supaya melewati jalur
lain yang aman.
Sepulangnya dari
Istana, Habib Ali melewati pinggir pantai sebelah selatan yang menurutnya aman.
Namun tidak disangkanya, ketika sampai di desa Kusamba, Habib Ali dihadang oleh
sekelompok orang tidak dikenal bersenjata lengkap dan dibantai sampai wafat.
Jenazahnya langsung dikuburkan pada hari itu oleh masyarakat desa di ujung
barat kuburan Islam Kusamba.
KAROMAH Habib Ali. Pada malam hari setelah penguburannya, terjadi peristiwa yang
menggemparkan (karomah). Dari makam Habib Ali keluar kobaran api membumbung
tinggi ke angkasa terbang ke mana-mana mengejar seluruh pelaku pembantaian,
sehingga mereka semuanya tewas terbakar, tak satu pun diantara mereka yang
hidup.
Menurut sumber
lisan dari beberapa penduduk dan dibenarkan oleh KH Abdul Majid, sesepuh desa
Kusamba, bahwa sampai saat ini sering terdengar angin kencang dan suara-suara
mengerikan yang datangnya dari arah makam, apabila di sekitar desa Kusamba ada
orang-orang yang berbuat onar, hal ini seolah-olah sebagai peringatan dan
pengajaran kepada mereka agar kembali ke ajaran Agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar