Sabtu, 11 Mei 2013

MJIB - 5. Proses Islamisasi di Bali Selatan (Badung, Denpasar, Mengwi & Tabanan)


  Penulis : Achmad Suchaimi




Makam tua  Bugis di. Serangan Bli
Masuknya Islam di Bali selatan, bila dilacak lebih awal lagi, ada yang menghubungkannya dengan jatuhnya Kerajaan Makasar setelah tahun 1669. Setelah terjadinya perang Makasar, banyak pelaut Bugis yang menyingkir keluar daerah, diantaranya ke kampung Tuban dan pulau Serangan (kabupaten Badung) melalui pulau Lombok dan Sumbawa. Beberapa sumber asing menyebutkan bahwa di beberapa pantai Bali selatan seperti Tuban, Suwung, Serangan dan Kuta, perkampungan Islam berkembang dengan pesat pada abad ke-19.
 
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh A.B. Wirawan dan Dian Ariegalung menunjukkan, bahwa pemukiman orang-orang Islam di Badung berkembang dengan pesat diperkirakan sekitar tahun 1891, setelah jatuhnya Kerajaan Mengwi  ke tangan Kerajaan Badung (Pemecutan). Pada waktu itu pasukan Kerajaan Badung dibantu oleh orang-orang Bugis Makasar, dan juga oleh Raden Sosrodiningrat (dari Mataram Islam).
Setelah Kerajaan Badung menang, orang-orang Bugis diberi hadiah tanah untuk perkampungan mereka di Kepaon Denpasar, pulau Serangan, dan Tuban. Sedangkan Raden Sosrodiningrat, menurut suatu riwayat, dikawinkan dengan Raden Ayu Anak Agung Rai (Raden Ayu Siti Khotijah), putri Raja Pemecutan III.
Parade Prajurit Bugis Muslim
Asal mula Islam di Angantiga. Ada seorang muslim kaya di pulau Serangan yang bernama Brahima. Dia mempunyai anak gadis yang cantik. Raja Mengwi yang saat itu menguasai pulau Serangan bermaksud mempersunting gadis itu. Namun Brahima tidak bersedia memenuhi permintaan raja. Brahima kemudian melarikan dan mengasingkan anak gadisnya ke Angantiga dengan dikawal oleh tiga pendekar asal Bugis: Haji Jamaluddin, Daeng Mapilih, dan Daeng Mangeneng.
Puri Agung Pemecutan Denpasar Bali
Menurut tradisi lisan yang berkembang secara turun temurun, bahwa masyarakat Islam Bugis di kampung Serangan, Suwung, Tuban, dan juga di Angantiga mempunyai hubungan yang erat dengan Puri Pemecutan. Pemukiman mereka merupakan hadiah dari Raja kepada masyarakat Islam karena telah berjasa membantu Kerajaan Pemecutan, menjadi prajurit untuk melawan kerajaan Mengwi.
  Tak jarang dilihat bahwa diantara masyarakat Hindu dan Islam bergaul dengan akrab dan tidak ada kesan yang membedakan diantara mereka dari luar. Kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan  dapat dikatakan bahwa embrio integrasi sosial sudah terjadi sejak jaman kerajaan. Pendirian Masjid Kalimanjing di Serangan dan Suwung, Tuban dan Tanjung Benoa mendapat bantuan bahan, dana, disamping tanah   dari raja Pemecutan.
Makam Pangeran Mas Sepuh
Selain adanya komunitas muslim di beberapa desa tersebut, jejak Islam lainnya berupa beberapa makam Walipitu Bali, seperti makam keramat di Pantai Seseh (dekat Pura Tanah Lot) milik Pangeran Mas Sepuh Choirussoleh atau Raden Amangkurat, putra Raja Mengwi, dan makam keramat Pemecutan milik Raden Ayu Siti Khotijah di Denpasar Barat, serta makam Pangeran Sosrodiningrat di desa Ubung, dekat terminak bus Denpasar.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar