Suluk Wujil merupakan jenis Kepustakaan Islam Jawa
yang ditulis dalam bentuk Tembang, yang berisi 104 bait tembang. Gaya bahasa yang
dipakainya menggambarkan suatu dialog antara seorang Guru (Ratu Wahdat,
Sunan Bonang) dengan para muridnya, khususnya yang bernama Wujil. Di
tengah-tengah dialognya, sesekali diselipkan suatu cerita atau sejarah
perjalanan hidup seseorang. Misalnya cerita Seh Malaya
(Sunan Kalijaga) yang pergi ke Mekah. Meskipun
demikian, ke-104 bait syair tersebut merupakan satu kesatuan pikiran. Artinya
masing-masing bait mengandung suatu ajaran tertentu yang bebrhubungan erat
dengan isi ajaran pada bait-bait lainnya. Hanya saja, masing-masing bait tiak
disusun berdasarkan bab-bab atau pokok pembahasan tertentu, sehingga sulit
untuk merumuskan ajaran pokoknya. Akan tetapi secara implisit dapat diduga
bahwa ajaran pokoknya adalah menyangkut ajaran tasawwuf.
Ajaran tasawwuf Suluk Wujil
dapat dilihat pada rumusan berikut ini, yang disusun berdasarkan urutan
bait-bait syairnya :
1.
Bait 1 s.d. 5 berisi permohonan Wujil kepada Sang Ratu Wahdat, Sunan
Bonang, agar diijinkan mempelajari “Ngelmu
Kesempurnaan” atau Ajaran Rahasia dari perjalanan hidup manusia,
yang lebih dikenal dengan Ilmu Tasawwuf, setelah ia merasa telah menamatkan
pelajaran Agama Islam dalam bahasa arab selama sepuluh tahun. Sebagai
imbalannya, ia akan menyerahkan hidup dan matinya untuk berkhidmat atau
mengabdi kepada Sang Guru, Ratu Wahdat.
2.
Bait 6 s.d. 7 menjelaskan bahwa Sunan Bonang, dengan sikap rendah hatinya, mengabulkan permohonan Wujil
tersebut.
3.
Bait 8 s.d. 10, bahwa Ajaran Rahasia Ilmu Tasawwuf tersebut
diajarkan di suatu tempat yang sepi dan jauh dari keramaian; tepatnya di tepi
pantai Bonang. Terlebih dahulu diadakan semacam “Bai’at” atau janji setia seorang murid kepada guru. Bait-bait tersebut juga menggambarkan adanya hubungan
yang erat dan saling kasih sayang antara guru dengan muridnya.
4.
Bait 11 s.d. 17, Sunan Bonang memulai memberikan bekal yang harus dipegangi
selama mempelajari tasawwuf. Tujuan mempelajarinya adalah bukan untuk
menjadikan diri seseorang (“murid”) menempati posisi Tuhan, atau sebaliknya.
Akan tetapi adalah untuk mendekatkan diri dan mengenal Tuhan, dengan melalui
jalan atau cara mengenal kedudukan dirinya sebagai makhluk Tuhan dan
memperbanyak melakukan berbagai ibadah, khususnya shalat dan berdzikir.
5.
Bait 18 s.d. 43 merupakan penjelasan dan rincian mengenal cara-cara atau
jalan-jalan (suluk, thariqah) yang harus dilalui dalam mempelajari ilmu
Tasawwuf, yakni berupa aktifitas-aktifitas tertentu, baik yang bersifat penyiksaan
seperti mematikan hawa nafsu, mengasingkan diri di tempat yang sunyi (Uzlah),
maupun aktifitas yang berbentuk perenungan seperti berdzikir dan shalat
yang khusyuk.
6.
Bait 44 s.d. 67, menjelaskan perintah Sunan Bonang kepada Wujil agar
memanggil santri putri yang bernama Satpada, kemudian perintahnya kepada
Wujil agar mengantarkan surat kepada Seh Malaya (Sunan Kalijaga). Selama dalam
perjalanannya mengantar surat Sang Guru, Wujil mendapatkan pelajaran secara
tidak langsung, yakni pengalaman mistik.
7.
Bait 68 s.d. 73 berisi ulasan Sunan Bonang mengenai pengalaman Mistik yang
pernah dialami Seh Malaya dalam hubungannya dengan perasaan Manunggaling
kawula-Gusti.
8.
Bait 74 s.d. 84, menjelaskan dialog antara Sunan Bonang dengan kedua
muridnya, Wujil dan Satpada, tentang konsep “Manunggaling kawula-Gusti”
.
9.
Bait 85 s.d. 88 menjelaskan pandangan Sunan Bonang mengenai “Ada”-Nya
Tuhan (Wujud Tuhan) dan “ada”-nya makhluk (Wujud Makhluk).
10. Bait 89 s.d. 104 menceritakan pertunjukan Wayang
di rumah Sunan Bonang, yang diteruskan dengan tukar pikiran dengan Sunan
Kalijaga dan murid-muridnya mengenai Lakon Wayang yang baru saja dimainkan,
dalam hubungannya dengan persoalan Ketuhanan dan juga menjelaskan
pengalaman mistik Sunan Kalaijaga.
Ajaran Tasawwuf di atas nampaknya lebih menceriminkan sebagai ajaran
Sunan Bonang kepada muridnya, Wujil, yang sudah mengerti tentang ilmu Tasawwuf,
sehingga tidak diperlukan lagi adanya urut-urutan pembahasan. Lagi pula lebih
menekankan pada segi pengalaman dan perasaan keagamaan (Praktis,
amaliyah) daripada segi Pemikiran. Meskipun demikian, seluruh ajaran
Suluk Wujil dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Ajaran tentang Tuhan
2.
Ajaran tentang manusia
3.
Ajaran tentang Manunggaling
kawula-Gusti
4.
Ajaran tentang Jalan Kembali kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar