Penulis : Achmad Suchaimi
Ada beberapa kampung Islam di Bali. Di antaranya
kampung Kusamba di Klungkung. Di sini pula tersimpan al-Qur’an kuno kembar
tiga.
Di antara obyek wisata yang cukup dikenal di Bali
adalah pantai Kusamba yang terletak di Kabupaten Klungkung. Dari Denpasar butuh waktu tempuh sekitar 1,5
jam sampai ke Kusamba.
Selain dikenal sebagai pantai nelayan, Kusamba juga
menjadi pusat pembuatan garam secara tradisional yang terbesar di pulau wisata
ini. Setiap hari dapat disaksikan para nelayan sedang melaut mencari ikan,
maupun petani garam yang sedang membuat garam di pinggir pantai. Sampan nelayan
yang berderet di pinggir pantai di bawah pohon nyiur, dan pondok-pondok
pembuatan garam yang berjajar di sepanjang pantai, menimbulkan pemandangan yang
benar-benar menarik.
Kampung Kusamba dikenal sebagai salah satu kampung
Muslim di Kabupaten Klungkung. Kusamba
dikenal sebagai kampung pertama Islam di kabupaten tersebut. Di tempat ini
terdapat makam seorang ulama penyebar Islam di Bali bernama Habib Ali Bin Abu
Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Hamid. Habib Ali inilah yang pertama
menyebarkan Islam di kerajaan Klungkung. Makamnya berada di Kampung Islam Kusumba.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat kampung
Islam ini melakukan aktivitas rutin dengan lancar tanpa ada gangguan dan
intimidasi dari pihak mana pun. Banyak ibu-ibu dan remaja putri yang memakai
jilbab. Sedang laki-lakinya bersongkok. Ini menjadi simbol bahwa perkampungan
tersebut merupakan perkampungan Muslim. Simbol ini sangat penting di Bali untuk
membedakan mana masyarakat yang beragama Islam dan mana yang bukan.
Hubungan masyarakat kampung yang mayoritas
keturunan suku Banjar dan Bugis ini dengan kampung lainnya yang beragama Hindu
sangat baik. Masyarakat Hindu cukup toleran terhadap warga Muslim. Mereka
memberi kebebasan kepada warga Muslim untuk menjalankan ritual keagamaan yang
diyakininya. Terbukti di kampung ini terdapat masjid yang cukup besar, bernama
Masjid Al-Huda, dan sekolah Islam.
Masjid Tua Nurul Huda Gelgel Klungkung |
Yang menarik, ternyata masyarakat Klungkung
mengakui bahwa hubungan masyarakat Muslim di kampung tersebut dengan pihak
kerajaan sangat baik. Dalam kaitannya dengan pemerintahan setempat, umat Muslim
yang jumlahnya relatif sedikit itu sudah dilibatkan dalam pengambilan kebijakan
yang menyangkut hajat orang banyak. Dalam pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan oleh lembaga pemerintahan misalnya, umat Islam dengan segala
aturan syari’atnya diperlakukan sebagaimana mestinya.
Walaupun umat Islam tergolong minoritas di Kampung
Kusamba, bukan berarti selalu dipandang miring oleh umat Hindu. Umat Islam di
mata umat Hindu dan umat agama lain dikenal sebagai umat yang jujur dan teguh
memegang janji. Anggapan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka.
Misalnya, dalam hal perjanjian untuk tidak saling mengganggu atau menyakiti
antar umat yang berbeda keyakinan, umat Islam merupakan kelompok yang belum
pernah mengingkari janji.
Umat Hindu Klungkung memandang positif terhadap
kaum Muslimin dan melihatnya sebagai masyarakat yang memiliki tata aturan
lengkap dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Muslim pun juga menunjukkan
respon positif terhadap aktivitas keseharian umat Hindu Bali, sehingga kedua umat ini dapat hidup berdampingan
secara damai. Masing-masing memberikan kebebasan untuk beraktivitas sesuai
dengan keyakinannya.
Seni Rudat Pemuda Muslim Kusamba |
Buktinya, setiap ada Perayaan Nyepi yang kebetulan
bersamaan dengan shalat Jumat, keduanya bisa berjalan beriringan. Umat Hindu
melaksanakan catur berata, yakni mati karya, mati lelangunan, mati
geni, dan mati lelungan, sementara umat Islam menunaikan shalat
Jumat di masjid. Warga Hindu memaklumi umat Islam keluar rumah untuk shalat
Jumat, sedangkan kaum Muslimin pun tidak menggunakan pengeras suara ke luar
ketika khutbah jum’at berlangsung, agar tidak mengganggu umat Hindu yang sedang
merayakan hari Nyepinya.
Bahkan, di kalangan umat Islam sendiri ada yang
memakai nama Wayan, Ketut, Nengah dan berbahasa Bali halus. Menurut Kepala Desa
Kusamba, Hambali, masyarakatnya yang terdiri dari masyarakat beragama Islam dan
Hindu hidup rukun sejak berabad-abad yang lalu.
Al-Qur’an Kembar Tiga. Kampung Islam Kusamba dikenal sebagai kampung Islam
yang menyimpan banyak sejarah Islam di Bali. Dalam catatan sejarah disebutkan
bahwa Desa Kusamba memiliki ikatan sejarah yang sangat besar atas perkembangan
Islam di Tanah Dewata. Hal ini terbukti dengan ditemukanya makam Habib Ali Bin
Abubakar Bin Umar Bin Abubakar Al Hamid di pesisir laut Kusamba dan
ditemukannya benda bersejarah berupa Mushhaf al-Qur’an yang diakui berusia
hampir 400 tahun. Al-Qur’an tertua ini ditulis tangan oleh ulama besar asal
Bugis.
Konon, al-Qur’an yang ditemukan di Kusamba
merupakan salah satu mushhaf al-Qur’an kembar tiga. Karena Mush-haf al-Qur’an tertua yang ada di pulai Bali
ternyata ditulis dan dibuat sebanyak 3 buah dalam kurun waktu yang berbeda oleh
ulama yang sama. Sayangnya, siapa pembuat ketiga al-Qur’an kembar tersebut,
sampai saat ini belum diketahui. Namun upaya menemukan jawabannya terus
diupayakan.
Kini, salah satu dari ketiga al-Qur’an kembar tertua di Bali itu
masih tersimpan baik di Kantor Kepala Desa Kusamba, dalam kondisi fisiknya
memprihatinkan: rapuh, berdebu dan terkoyak.
Kondisi kehidupan di kampung Islam Kusamba di atas
hanya contoh kecil, bagaimana dulu dan kini, masyarakat Hindu dan Muslim bisa
hidup berdampingan di Pulau Bali. Keturunan mereka yang menghuni kampung ini
hidup dengan damai, dan tetap menjaga nilai-nilai tradisi keislaman mereka
secara utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar