Penulis : Achmad Suchaimi
Makam tua Bugis di. Serangan Bli |
Masuknya Islam di Bali selatan, bila
dilacak lebih awal lagi, ada yang menghubungkannya dengan jatuhnya Kerajaan
Makasar setelah tahun 1669. Setelah terjadinya perang Makasar, banyak
pelaut Bugis yang menyingkir keluar daerah, diantaranya ke kampung Tuban dan
pulau Serangan (kabupaten Badung) melalui pulau Lombok dan Sumbawa.
Beberapa sumber asing menyebutkan bahwa di beberapa pantai Bali
selatan seperti Tuban, Suwung, Serangan dan Kuta, perkampungan Islam berkembang
dengan pesat pada abad ke-19.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh A.B.
Wirawan dan Dian Ariegalung menunjukkan, bahwa pemukiman orang-orang Islam di Badung
berkembang dengan pesat diperkirakan sekitar tahun 1891, setelah jatuhnya Kerajaan
Mengwi ke tangan Kerajaan Badung (Pemecutan).
Pada waktu itu pasukan Kerajaan Badung dibantu oleh orang-orang Bugis
Makasar, dan juga oleh Raden Sosrodiningrat (dari Mataram Islam).
Setelah Kerajaan Badung menang,
orang-orang Bugis diberi hadiah tanah untuk perkampungan mereka di Kepaon
Denpasar, pulau Serangan, dan Tuban. Sedangkan Raden Sosrodiningrat, menurut
suatu riwayat, dikawinkan dengan Raden Ayu Anak Agung Rai (Raden Ayu
Siti Khotijah), putri Raja Pemecutan III.
Parade Prajurit Bugis Muslim |
Asal
mula Islam di Angantiga. Ada
seorang muslim kaya di pulau Serangan yang bernama Brahima. Dia mempunyai anak
gadis yang cantik. Raja Mengwi yang saat itu menguasai pulau Serangan bermaksud
mempersunting gadis itu. Namun Brahima tidak bersedia memenuhi permintaan raja.
Brahima kemudian melarikan dan mengasingkan anak gadisnya ke Angantiga dengan
dikawal oleh tiga pendekar asal Bugis: Haji Jamaluddin, Daeng Mapilih, dan
Daeng Mangeneng.
Puri Agung Pemecutan Denpasar Bali |
Menurut
tradisi lisan yang berkembang secara turun temurun, bahwa masyarakat Islam
Bugis di kampung Serangan, Suwung, Tuban, dan juga di Angantiga mempunyai
hubungan yang erat dengan Puri Pemecutan. Pemukiman mereka merupakan
hadiah dari Raja kepada masyarakat Islam karena telah berjasa membantu Kerajaan
Pemecutan, menjadi prajurit untuk melawan kerajaan Mengwi.
Tak
jarang dilihat bahwa diantara masyarakat Hindu dan Islam bergaul dengan akrab
dan tidak ada kesan yang membedakan diantara mereka dari luar. Kondisi seperti
ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan
dapat dikatakan bahwa embrio integrasi sosial sudah terjadi sejak jaman
kerajaan. Pendirian Masjid Kalimanjing di Serangan dan Suwung, Tuban dan
Tanjung Benoa mendapat bantuan bahan, dana, disamping tanah dari raja Pemecutan.
Makam Pangeran Mas Sepuh |
Selain
adanya komunitas muslim di beberapa desa tersebut, jejak Islam lainnya berupa
beberapa makam Walipitu Bali, seperti makam keramat di Pantai Seseh
(dekat Pura Tanah Lot) milik Pangeran Mas Sepuh Choirussoleh atau Raden
Amangkurat, putra Raja Mengwi, dan makam keramat Pemecutan milik Raden Ayu Siti
Khotijah di Denpasar Barat, serta makam Pangeran Sosrodiningrat di desa Ubung,
dekat terminak bus Denpasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar