Penulis : Achmad Suchaimi
Tulisan ini juga bisa dibaca di
http://www.barokalloh.com/detailpost/proses-islamisasi-di-bali-timur
Pura Dasar Bhuwana, awal pusat pemerintahan Kerajaan Gegel, Klungkung |
Jejak keberadaan Islam di Bali dapat dilihat dari beberapa
segi, diantaranya :
1. Jejak Sejarah Tersebarnya Islam di Bali
2. Akultutasi Tradisi-Budaya
Islam dan Hindu Bali
3. Makam Keramat Walipitu Bali
Datangnya Islam bersamaan
dengan masuknya orang-orang Islam asal Jawa yang ditugasi kerajaan Majapahit
sebagai pengiring Raja Gelgel (saat ini termasuk wilayah Kabupaten Klungkung)
yang ketika itu menjadi pusat kerajaan di Bali. Ada yang mengatakan bahwa
Peristiwanya terjadi pada masa Raja Dalem Ketut Ngelesir, dan ada yang
berpendapat pada masa Raja Dalem Waturenggong, putra Dalem Ketut Ngelesir.
Istana Semarapura: pusat kerajaan Klungkung |
Menurut sumber yang lain,
bahwa diantara ke-40 pengiring Raja Gelgel (Dalem Ketut Ngelesir) tersebut
terdapat Raden Modin dan Kyai Abdul Jalil. Setelah istana kerajaan Gelgel
dipindahkan ke Klungkung oleh Raja Dalem I Dewa Agung Jambe (pengganti Raja Dalem Ketut Ngelesir), kedua
tokoh tersebut kemudian hijrah dan meninggalkan Gelgel untuk mengembangkan
agama Islam di wilayah bagian timur. Raden Mudin menetap di kampung Banjar
Lebah, sedangkan Kyai Abdul Jalil3) menetap di desa Saren (sekarang bernama desa Saren Jawa di
Kabupaten Karangasem). Peristiwa ini dijadikan dasar tentang masuknya Islam di
Kabupaten Karangasem yang bersamaan dengan masuknya Islam di Gelgel atau
Kabupaten Klungkung.
Mimbar bersejarah Masjid Nurul Huda Gelgel |
Sedangkan menurut ketua
Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Provinsi Bali, bapak Drs H. Mulyono, dan banyak sumber lainnya menyatakan, bahwa
awal mula masuknya Islam ke Pulau Dewata adalah ketika kerajaan Gelgel
diperintah oleh Raja Dalem Waturenggong (1460 – 1550 M) yang berpusat di
Klungkung. Dia pernah berkunjung ke Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Sekembalinya dari Majapahit ke Gelgel, beliau diantar oleh 40 orang pengawal
yang beragama Islam. Ke-40 pengawal tersebut akhirnya diizinkan menetap di
Bali, tanpa mendirikan kerajaan tersendiri. Mereka di sana berkedudukan sebagai
“abdi dalem” dalam kerajaan Gelgel dan diberi tanah untuk pemukiman mereka.
Mereka kemudian mendirikan sebuah masjid yang diberi nama “Masjid Gelgel” yang
sampai saat ini masih ada dan merupakan tempat ibadah umat Islam tertua di
Pulau Dewata, namun bentuknya sekarang sudah mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan jaman.
Sementara
itu, berdasarkan sumber tulis lokal, Babad Dalem, bahwa upaya
pengislaman di Bali dilakukan oleh utusan dari Makkah. Peristiwanya terjadi
pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong yang berkuasa pada sekitar abad XV
dan XVI, tepatnya pada tahun 1460 – 1550 M. Namun, didalam Babad Dalem
tersebut, tidak tertulis nama utusan dan kapan utusan tersebut datang. Lagi
pula terjadi polemik penafsiran tentang “Makkah”. Apakah Makkah itu merujuk
pada Makkah di Arab Saudi atau hanya sebutan bagi tempat pusat penyebaran Islam
yang ada di Jawa.
Sumber asing yang mengacu pada
Babad Dalem di atas —seperti yang
ditulis oleh CC Berg— mengungkapkan hal lainnya. Salah satunya mengenai
kegagalan pengembangan Islam di Bali oleh utusan Raden Patah dari Demak
semasa Raja Dalem Waturenggong berkuasa di kerajaan Gelgel.
Lepas dari pendapat mana yang
paling benar, kesemuanya menunjukkan bahwa perkembangan Islam di Bali,
khususnya di Gelgel (Klungkung dan Karangasem) adalah bersifat asimilatif dan
berlangsung secara damai, bukan melalui cara-cara revolusioner atau
upaya penaklukan. Pada masa-masa selanjutnya, Islam menyebar ke sejumlah daerah
di Bali. Misalnya menyebar ke Badung (Pemecutan, Denpasar), Tabanan (Mengwi),
Buleleng / Singaraja, Jembrana dan lain-lain, yang dilakukan oleh kelompok
lain, dan terutama atas peran serta orang-orang Bugis Makasar
Orang-orang Bugis telah muncul
di Pulau Bali sekitar pertengahan abad ke-17, yakni sejak kerajaan Gowa
Makassar berselisih dengan Kompeni Belanda pada tahun 1653-1655 M. Hal ini
mengakibatkan banyak nelayan Bugis pindah ke Bali, dan pasukan Gowa pun juga
banyak yang mampir ke Bali. Mereka tersebar di beberapa tempat seperti Bali
Barat (Jembrana), Bali Utara (Buleleng), Bali Timur (Karangasem dan Klungkung)
dan Bali Selatan (Badung).
Makam Habib Ali Abu Bakar di Kusamba |
Keberadaan Islam di Kerajaan
Klungkung ditunjukkan oleh peranan Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al-Hamid
yang diangkat sebagai penterjemah, sekaligus guru bahasa Melayu dan sekretaris
Raja untuk urusan perdagangan dengan orang-orang Bugis. Dengan tugas ini Habib
Ali dapat menyebarkan dakwah Islam di sana.
Habib Ali Zainal Abidin Alydrus, Karangasem |
Makam Kembar, Maulana Yusuf al-Baghdadi di Bungaya Karangasem |
Jejak keberadaan Islam di
Karangasem ditunjukkan oleh terbentuknya komunitas muslim di beberapa desa,
seperti desa Kusamba (Klungkung), kampung Nyuling dan Banjar Saren Jawa di desa
Budakeling (Karangasem). Di samping itu ditunjukkan oleh beberapa makam keramat
seperti makam keramat “Kembar”, yakni makamnya Habib Ali bin Zainal Abidin
Alydrus dan Maulana Yusuf Al-Baghdadi Al-Maghribi di desa Bungaya Kangin
Karangasem, serta makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar al-Hamid di desa
Kusamba Klungkung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar