Makam Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghrib |
Lokasi Makam
di Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem (Amlapura), Bali. Di
dalam satu cungkup ada dua makam, yakni makam Habib Ali bin Zainal Abidin
al-Idrus (wft. 1982 M) dan makam kuno yang kemudian diketahui milik, yang masih turunan ke-43 dari Rasulullah.
Kedua makam kembar tersebut dahulunya
terletak di pelosok dan belum ada penerangan listrik, serta jauh dari jalan
raya dan hampir tidak pernah dijamah oleh peziarah. Beberapa tahun yang lalu,
lokasi kedua makam tersebut dipindahkan di dekat jalan Raya, sehingga mudah
diziarahi.
Proses penemuan
Makam Walipitu Bali ke-4 dan ke-5. Pada awal tahun 1995 KH Toyib Zaen Arifin
mendapatkan isyarah dalam riyadhohnya yang isinya agar menemui
seorang lumpuh alias tak dapat berjalan
disebabkan usianya yang sangat tua. Karena dialah satu-satunya yang dapat
menunjukkan dimana lokasi makam salah satu Walipitu di sekitar wilayah
kabupaten Karangasem tersebut. Usaha mencari orang lumpuh dilakukan oleh Kiyai
dan timnya selama kurang lebih 6 bulan di wilayah Karangasem, namun tidak
ditemukan, sampai pada suatu hari mereka berjum’atan di Masjid desa Subangun.
Sehabis jum’atan Kiyai dan tim bertanya kepada jamaah, barangkali ada orang
yang mengetahui orang tua lumpuh yang akan menjadi petunjuk keberadaan seorang
Waliyulloh. Ternyata tidak seorang pun yang tahu. Namun ada salah seorang
jamaah, Bapak Ghufron, menegaskan bahwa orang lumpuh tidak ada di sini, tetapi
kalau ingin mencari makam seorang habaib, dia akan sanggup mengantarkannya ke
desa Bungaya Kanginan.
Mereka bersama-sama dengan Bapak Ghufron
berziarah ke makam Habib Ali bin Zainal Abidin Al-Idrus (wafat pada 9 Ramadhan
1493 H/19 Juni 1982) di desa Bungaya Kanginan, diantar oleh putra almarhum,
yakni Habib Muhdhor bin Ali Alydrus yang sekaligus menjadi juru kuncinya.
Selesai berdoa dan berdzikir, KH Toyib melihat bahwa di sebelah malam Habib ada
makam tua berupa tumpukan batu bata berserakan
dan tak seorang pun yang mengetahui siapa pemiliknya.
Makam Habib Ali bin Zainal Abidin Alydrus |
Makam kuno ini sejak jaman dulu sudah
dikeramatkan masyarakat, diperkirakan berusia antara 350—400 tahun. Mengenai
nama, sejarah, dan dari mana asalnya, tidak satu pun orang yang tahu, bahkan
Habib Mukhdor sebagai juru kunci yang diwarisi dari abahnya (Habib Ali Zainal
Abidin Alydrus) juga tidak mengetahui sejarahnya. Adapun tentang sejarah
abahnya, yakni Habib Ali Zainal Abidin, Habib Muhdhor menjelaskan bahwa abahnya
adalah seorang ulama besar yang arif bijaksana, luas ilmunya dan seorang
muballigh yang sangat dihormati masyarakat dan menjadi rujukan dalam soal ilmu
agama. Banyak santri yang mengaji kepadanya. Mereka tidak hanya berasal dari
beberapa daerah di Bali, tetapi juga dari Lombok
dan sekitarnya. Semasa hidupnya, beliau menjadi juru kunci makam kuno itu.
Dua-tiga tahun menjelang wafatnya, beliau lumpuh tidak dapat berjalan
disebabkan usianya yang sangat tua, dan setelah wafat, beliau dimakamkan di
samping makan kuno tersebut.
Diantara Karomah dari pemilik makam
tua ialah bahwa pada tahun 1963 M Gunung Agung meletus dan mengeluarkan lahar
panas, menyemburkan batu besar dan kecil serta abu yang menjulang tinggi di
angkasa, menyebar ke seluruh Pulau Bali, bahkan sampai ke wilayah Jawa Timur.
Cuaca menjadi gelap gulita, siang hari berubah menjadi gelap pekat. Ini
menunjukkan betapa hebat dan dahsyatnya letusan dan semburan yang dimuntahkan
oleh Gunung Agung. Sebagian desa porak poranda, banyak rumah roboh, pohon-pohon
besar banyak yang tumbang, hujan pasir dan batu kerikil menggenangi pulau Bali.
Uniknya, Makam tua yang di atasnya tertumpuk susunan batu merah yang ditata
begitu saja tanpa diperkuat dengan semen pasir dan kapur, tidak berubah sedikit
pun, bahkan tidak sebutir pasir pun yang menyentuhnya.
Dari kisah Habib Muhdhor tersebut, Kiyai
Toyib dan timnya menyimpulkan, bahwa teka-teki tentang orang tua lumpuh yang
dicari-carinya sudah terjawab, dan orang tua itu ternyata adalah Habib Ali bin
Zainal Abidin Alydrus yang sudah wafat. Dengan begitu, makam Habib Ali
seolah-olah secara langsung menjadi petunjuk keberadaan makam salah seorang
Walipitu Bali di Karangasem, dan ternyata beliau adalah orang yang dikubur
didalam makam tua yang letaknya berdampingan dengan makam Habib Ali Zainal
Abidin. Oleh kerena itu, kedua makam Waliyulloh Karangasem ini kemudian disebut
Makam Keramat Kembar.
Persoalannya, siapa pemilik makam tua
tersebut?. Setelah melalui beberapa kali musyawarah dengan ulama’ ahli riyadhoh
yang berkompeten di Jawa-Bali, serta penelitian dan riyadhoh maka terungkaplah
bahwa pemilik makam kuno tersebut adalah Syekh Maulana Yusuf al-Baghdi al-Maghribi.
Adapun tentang sejarahnya dan perannya dalam penyebaran Islam di Bali, masih
belum ditemukan jawabannya. Wallohu a’lam bis-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar